Selasa, 03 Desember 2013

Europe Trip 3rd Day- Berkeliling Kota Paris dalam Sehari

Pagi menyambut dengan hawa dingin yang memeluk hingga kedalam tulang, untung saja penginapan saya sangat dekat dengan stasiun kereta menuju Paris, sehingga hangat pun kembali menyelimuti. Pembukaan cerita yang berat untuk ukuran blog, seberat mata saya saat ini yang menahan ngantuk. Saya dan rombongan kali ini akan menggunakan kereta untuk berpindah dari satu negara ke negara yang lain. Banyak perusahaan kereta cepat yang menawarkan jasa tersebut, tapi perlu diingat untuk membeli tiket dari jauh hari untuk mendapatkan harga termurah. Semakin mendadak kamu membeli tiketnya, semakin mahal pula harga yang bisa didapatkan.

Perjalanan akan ditempuh selama 6 jam melewati rel bawah laut. Setelah terbangun dan tertidur dan terbangun kembali selama perjalan, akhirnya sampailah kami di Paris Gare Du Nord. Kesan pertama saat menginjakkan kaki keluar dari stasiun kereta adalah “Horor”. Kota Paris dipenuhi oleh banyak imigran dari berbagai negara di Afrika dan Arab. Dengan tampang melongok, kami pun bingung harus menggunakan moda transportasi apa menuju hotel. Datanglah seseorang yang dapat berbahasa Inggris menawarkan diri untuk mencarikan kami taxi. Entah mengapa kami kesulitan untuk mendapatkan taxi padahal banyak taxi yang berjalanan melewati kami.
Setelah mendapatkan taxi, si Bapak meminta imbalan. Jangan sedih imbalannya 50 Euro “ngana pikir karena kita orang tidak bisa Bahasa Perancis kita orang juga tidak bisa juga hitung itu uang 50 Euro harganya berapakah?”. Untung saja kami harus segera menaiki taxi karena taxi tersebut harus segera jalan. Taxi ini seukuran dengan Alphard sehingga dapat mengangkut kami bertujuh berserta barang-barang kami. Kami pikir kebingungan kami berhenti sampai disitu. Sebelum taxi ini jalan, si supir taxi minta untuk langsung dibayar seharga 80 Euro. Wow, nilai yang fantastis! kami naik taxi menuju hotel dengan rate Rp. 1.200.000. Apalah kami ini bagai anak ayam kehilangan induknya. Kami pun segera patungan dan memberikan uang tersebut ke supir. Ini seperti sindikat rasanya, dimasukkan paksa kedalam mobil dan ditembak harga tinggi sebelum jalan.

Setelah perjalanan yang membingungkan ini akhirnya kami sampai juga di Aparthotel Adagio Paris Centre Tour Eiffel. Untung kali ini kami mendapatkan harga yang sepadan saat harus menginap di Service Apartment ini. Kejadian pagi ini benar-benar membuat kami lapar, sehingga kami menyempatkan untuk makan terlebih dahulu sebelum berkeliling kota Paris.

Menara Eiffle

Setelah perut kenyang maka hati kembali senang. Tapi apalah cuaca ini teriknya bukan main tapi dinginnya benar-benar menusuk kulit. Paris nampaknya terkenal dengan anginnya yang bertiup kencang hingga membuat saya sesak nafas karena harus menutup muka dengan syal selama berjalan menuju Menara Eiffle. Kami memilih penginapan ini karena dekat dengan stasiun kereta dan pusat atraksi wisata di Paris. Saya tidak menyangka kalau ibu-ibu yang bersama saya liburan kali ini kuat juga diajak jalan-jalan kesana kemari. Tidak berapa jauh kami berjalan akhirnya sampailah kami di Menara Eiffle.

Struktur bangunan yang sangat tinggi membuat fotografer a.k.a si pacar mengeluarkan lensa fish eye andalannya untuk memotret kami bergaya mesra dengan menara Eiffle. Semua orang senang dan melupakan sejenak angin yang membawa hawa dingin ini. Nampaknya saya tidak sekuat ibu-ibu tersebut. Segera setelah berfoto-foto saya memilih untuk melipir ke salah satu food truck untuk membeli cokelat panas dan bagel. Ah, saya suka berada disini. Bisa melihat orang tertawa dan berfoto dari jauh dan menikmati moment berdua dengan pacar saya. Paris mulai menghipnotis saya dalam persepsi “romantis” yang sering orang-orang katakan. Hahahah lebay!

Tidak perlu sampai piknik dan tidur-tiduran juga sih di sini, kami memilih untuk berjalan mengitari taman sekalian mencari bus wisata untuk berkeliling. Mengapa susah sekali merasa tenang di sini. Belum juga kami keluar dari kawasan Menara Eiffle, datanglah segerombolan anak-anak yang membawa kertas untuk donasi a.n bencana perang yang menimpa suatu negara. Hebatnya, ada dua orang anak secara agresif datang dari arah depan pacar saya. Mereka benar-benar membuat jalan kami tidak nyaman. Dan “HUP! Lalu ditangkap!”. Menyadari posisi tersebut, ternyata si pacar justru waspada dan berhasil menangkap tangan salah seorang anak yang berjalan dari arah belakangnya dan mencoba memasukkan tangan kedalam blazer sipacar. Wow! hati-hati sodara-sodara sekejam-kejamnya ibu kota lebih kejam ibu kotanya orang hahahahhaah.

Tidak berpanjang lebar, anak-anak tersebut lari, kami pun kembali melanjutkan aktivitas sebagai turis :D. Dikawasan Eiffle ada beberapa moda bus wisata yang bisa kita pakai dengan harga yang berbeda. Namun jangan tertipu dengan harga yang lebih murah. Harga yang lebih murah ini bisa jadi dikarenakan jumlah bus mereka yang kurang banyak sehingga membuat kita menunggu lama untuk pindah dari satu tempat wisata ke tempat wisata yang lain. Saya bisa bilang begitu karena saya adalah seseorang yang membeli bus termurah saat itu hahahahahhaha.

De Louvre

Sepanjang perjalanan di kota Paris ini benar-benar memberikan pemandangan yang jauh berbeda dari pelesiran di Asia. Gedung-gedung dengan arsitektur mewah dan artistik, jembatan, orang-orangnya dan semua hal tentang Paris ini memang sangat memanjakan mata. Tidak butuh waktu lama dari Eiffle, sampailah saya di De Louvre. De Louvre ini memiliki bentuk yang unik yaitu pintu masuk segitiga penuh dengan kaca. Sayangnya, saya dan pacar adalah suara minoritas maka kami tidak menyempatkan diri untuk masuk ke dalam museum. Kami hanya menemani ibu-ibu ini berfoto-foto di sekitar De Louvre sambil menunggu bus selanjutnya datang untuk mengantarkan kami berpindah ke tempat berikutnya. Disinilah petuah saya tentang tiket bus murah sangat terasa. Bus berikutnya datang sangat lama. Membiarkan kami menunggu dingin disekitaran De Louvre.

Ada sesuatu yang menghibur saat menunggu disini, beberapa orang Afrika berlarian menjual souvenir menara Eiffle. Mereka mendatangin kami untuk tawar menawar kemudian kembali bersembuny setiap kali ada polisi yang datang. Tidak jelas sih mereka dikejar karena visa kerja mereka yang tidak ada atau mereka memang tidak boleh menjajakan barang dagangan di area wisata. Intinya setelah 3 kali berlarian dan kembali akhirnya deal di harga 1 EURO untuk 3 gantungan kunci dan 2 Euro untuk satu menara pajangan. Entah karena cara transaksi lari-larian ini atau karena darah ITC yang mengalir deras di dalam ibu-ibu ini, mereka bisa deal diharga 1 EURO 5 gantungan kunci dan 5 EURO untuk 3 pajangan. Bravo, bravo buat ibu-ibu inilah.

Dan akhirnya si bus hijau ini pun datang menghampiri kami, dengan riang kami menyambut karena dingin ini sudah tidak tertahankan lagi. Sumpah, ini seriusan dinginnya parah minta ampun. Anginnya ituloh ckckck *speechless.

Art de Triomphe de I’Etoile

Matahari pun mulai beranjak dari langit diiringi warna memerah hingga gelap, namun anginnya ini loh buset tetap aja gitu ngikutin saya hingga malam. Kalau bukan memikirkan sudah jauh-jauh datang kesini, masa sih tidak menyempatkan datang dan ikutan berfoto di tempat favorite orang buat prewed .Jadi meskipun kami harus merasakan suhu yang sangat dingin, kami tetap bertahan hingga posisi paling ok buat mengambil foto.

Seketika semua sudah selesai dengan foto session, maka kami langsung berlomba-lomba masuk ke dalam stasiun kereta karena sudah tidak tahan ingin segera pulang. Sebagaimana yang dikatakan dalam hukum jalan ramai-ramai untuk mengikuti suara mayoritas maka see you next time berjalan-jalan dikota Paris luntang lantung. Soon saya kembali. Amin *wink.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Makan sambil Jalan *wink. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver